Selasa, 12 April 2011

HORMON GIBERELIN, SITOKININ, ASAM ABSISAT

HORMON GIBERELIN

Hormon GIBERELIN ditemukan sekitar tahun 1930-an oleh Kurosawa. Mula- mula giberelin disintesis dan jamur gibberella gujikuroi. Sampai dengan tahun 1990-an telah ditemukan sekitar 84 jenis giberelin pada jenis cendawan dan tumbuhan tingkat tinggi.
Hormon Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme,aplikasi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas) merek dagang antara lain:ProGib. Giberalin alami banyak terdapat didalam umbi bawang merah. Giberelin ditemukan oleh F. Kurusawa.Giberelin disintesakan dari asam mevalonat (MVA) di jaringan muda dipucuk danpada biji yang sedang berkembang. Meskipun telah banyak ditemukan berbagai bentuk GAdengan berbagai variasi aktivitas biologinya, hanya 2-3 saja yang dapat dikatakan komersial.Gibberillic acid (GA3) adalah salah satu contoh GA sintetik yang telah banyak digunakandalam kegiatan kultur jaringan.Penambahan GA kedalam media kultur jaringan dijumpai banyak mengakibatkanmunculnya akar atau tunas.
Pada percobaan kalus atau eksplan dengan pemberian GA yangdibarengi dengan pemberian auksin atau sitokinin dalam konsentrasi yang sama akan mendorong proses morfogenesis yang normal tetapi kadang malah menghambat. Efek giberelin adalah pemanjangan batang, (bisa bergelendong dan berwarna kuning).giberelin bekerja pada gen dengan menyebabkan aktivasi gen-gen tertentu. Gen-genyang diaktifkan akan membentuk enzim-enzim baru yang menyebabkan terjadinya perubahanmorphogenetik (penampilan/kenampakan tanaman) .
Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapattumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorongterjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzimtersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yangakan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akanmendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasipertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
4. Berperan pada pemanjangan sel. Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui :A. Peningkatan kadar auxin :
- Giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama enzimproteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin) sehinggakadar auxin meningkat.
- Giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yangmenghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak Auxin.B. Giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini akanmenghidrolisispati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan menyebabkan air lebih banyak lgimasuk ke sel sehingga sel memanjang.
5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjaditanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.





HORMON SITOKININ

Hormon Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuh-an secara umum, mendorong perkecambahan, dan menunda penuaan. Cara kerja hormon Sitokinin yaitu dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga dapat menunda penuaan daun, bungan, dan buah dgn cara mengontrol dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Hormon Sitokinin diproduksi pada akar.
Sitokinin sering juga dengan kinin, merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang pembelahan sel (sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991). Selanjutnya dijelaskan kinin disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang belum masak dan jaringan pemberi makan (misalnya endosperm cair). Buah jagung, pisang, apel, air kelapa muda dan santan kelapa yang belum tua merupakan sumber kinin yang kaya.
Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C – 5, ke suatu molekul adenin. Rantai beratom C – 5 dianggap berasal dari isoprena. Basa purin merupakan penyusun kimia yang umum pada kinin alami maupun kinin sintetik (Millers, 1955 dalam Wilkins, 1989). Biosintesis sitokinin dengan bahan dasar mevalonic acid.
Sebenarnya sudah sejak tahun 1892 ahli fisologi I. Wiesner, menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel membutuhkan zat yang spesifik dan adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous. Secara pasti baru tahun 1955 sitokinin ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog, M.H. Von Slastea dan F.M. Strong dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut kinetin dari DNA yang diautoklap, sangat aktif sebagai promotor mitosis dan pembelahan sel kalus (Moree, 1979).
Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian cytokinesis yang berarti pembelahan sel. Sitokinin alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan C.O. Miller tahun 1963 diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang disebut zeatin. Sitokini alami terjadi dari derivat isopentenyl adenine.
Sitokinin sintetik yang paling umum dimanfaatkan di bidang pertanian seperti BA, kinetin dan PBA. Kinin menimbulkan kisaran respons yang luas, tetapi kinin bertindak secara sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.







HORMON ABA (Asam absisat)

Pada tahun 1963, ABA pertama kali di indentifikasi oleh frederick Addicot dan asosiasinya.Mereka mempelajari tentang penambahan dan respon terhadap ABA pada buah (tepatnyaKapuk). 2 senyawa itu diisolasikan dan diberi nama abscisin 1 dan 2. Namn yang menjadi Absisat adalah dari abcissin 2 oleh addicot 1963 dan 2 kelompok lain menemukan senyawa lainnya dimana sebagai dormansi dan kelompok lainnya mempelajari ABA pada bunga. Dan merekasetuju mamnggil senyawa itu sebagai Absisat.
Asam absisat (ABA) merupakan salah satu fitohormon, yaitu suatu jenis hormon yang dihasilkan oleh tumbuhan. Asam absisat dihasilkan pada daun, batang, akar dan buah berwarna hijau. Asam absisat berperang penting dalam memulai masa dormansi biji. Dalam keadaan dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan tanaman dan aktivitas fisiologis berhenti sementara. Proses dormansi biji ini penting untuk menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwitahunan yang membutuhkan biji sebagai cadangan makanan di musim dingin ataupun musim kemarau panjang
ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995). Reaksi awal sintesis ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid. Menurut Crellman (1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.
Oleh karena itu, tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan. ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi lingkungan yang "mencekam" seperti kekeringan. Hormon ini dapat menutup stomata pada daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan sel turgor. Akibatnya, kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasimelalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tanaman dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin.

Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daunmenjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.

Jadi, kesimpulannya adalah asam absisat akan dominan dihasilkan oleh tumbuhan ketika lingkungan di sekitarnya dalam keadaan buruk. Itu artinya, asam absisat tidak hanya dihasilkan TIDAK hanya di musim kering saja, akan tetapi pada keadaan lainnya yang dapat mengancam kehidupan tumbuhan (misalnya ketika musim salju).Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B –kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA). Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992).

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah makasih infonya, sesama mobile blogger nih.

Kenapa ya jarang yang mbahas penemu indonesia

Frens Mobile Blogs mengatakan...

yah sama2. Maklum g pny pc jd trpksa pke HP

maaf sblumx telat blz.

Anonim mengatakan...

woeeee........

Posting Komentar

Komentar Disini Yah ^^, Terima Kasih Komentarnya...!!

Template by:

Free Blog Templates